PialaBola - Gary Neville mengenang kembali momen ketika pandangannya tak bisa lepas dari Cristiano Ronaldo.
Dalam penuturannya yang panjang, mantan bek kanan Manchester United itu menyadari ada yang spesial dari bintang Portugal itu ketika klubnya beruji coba melawan Sporting CP pada 6 Agustus 2003 silam.
Waktu itu, Neville terpaksa melewatkan pertandingan tersebut karena mengalami cedera, namun ia menyaksikan aksi Setan Merah lewat televisi dan mendapati Ronaldo muda ‘menghancurkan’ John O’Shea.
“Itu adalah kali pertama saya melihat Cristiano Ronaldo bermain,” demikian Neville lewat kolomnya di Sky Sports News. “Dia melawan John O’Shea, yang dahulu adalah bek bagus; dia kuat, dia cepat dan dia tahu di mana harus menempatkan diri.
“Sheasy [O’Shea] waktu itu bermain di posisi yang normalnya saya huni – bek kanan – namun saya cedera dan menyaksikannya di rumah lewat MUTV.
“Seperti Sheasy, saya sangat paham betapa sulitnya untuk menghadang pergerakan semacam [yang Ronaldo peragakan] itu. Saya sangat ingat Cristiano melakukan gerakan menusuk dari sayap dan berlari melewati O’Shea dan bek sentral kami. Dia membuat dua pergerakan dan saya ingat ketika saya bilang ‘oh Tuhan!’”
“Tentunya kalian bisa lihat skill yang dia miliki pada bola dan talenta alaminya, namun sekarang ini kalian jarang melihatnya dan yang ada hanyalah pemain yang berlari tanpa bola di antara fullback dan bek sentral.
“Itu sangat sulit bagi fullback dan bek sentral untuk menghadangnya, karena fullback tidak tahu kapan harus bekerja sama dengan bek sentral atau memainkan offside. Bek sentral kemudian harus membuat keputusan untuk meninggalkannya atau mengejarnya. Itu sangat sulit, terlebih ketika bola ada di area sentral.
“Saya ingat menyaksikan Cristiano melakukan hal itu di antara fullback dan bek sentral dan saya berpikir ‘wow, Anda tidak pernah melihat itu dari pemain berpengalaman, ini malah dilakukan bocah’. Saya langsung yakin bahwa dia adalah pemain luar biasa.
“Setelah laga itu saya ingat mengirimkan pesan singkat kepada saudara saya [Phil], mengatakan bahwa ‘kita harus mendatangkannya’ dan tiba-tiba ada banyak orang yang membicarakannya dalam perjalanan pulang setelah laga tersebut.
“Tentunya pemain tidak seharusnya merecoki urusan transfer, namun dia [Ronaldo] membuat semua orang berdiri dan memperhatikan. Saya tidak pernah mendengar atau melihatnya sebelum malam itu, namun setelah pertandingan ada ketertarikan luar biasa dari para pemain terhadap sosok tersebut.”
Selain Ronaldo, Neville juga terkesan pada aksi Louis Saha yang ia sebut sangat menakutkan ketika masih bersama Fulham.
“Satu-satunya pemain yang saya pikir seperti dia adalah Louis Saha. Saya ingat bermain melawannya sebagai bek sentral ketika ia masih di Fulham dan dia menghancurkan saya di tiga musim beruntun.
"Saya sangat kewalahan ketika saya harus melawannya dan saya berpikir ‘kita harus mendatangkannya’. Dia tentunya adalah tipe pemain yang berbeda ketimbang Cristiano, namun kami membicarakan Saha dengan cara yang sama di ruang ganti."
Neville kemudian menceritakan bagaimana Cristiano direkrut dan prosesnya menjadi pemain terbaik dunia.
“Setelah laga melawan Sporting Lisbon itu, muncul rasa kagum dan tidak diragukan lagi semua pemain membicarakan soal Cristiano. Yang tidak kami sadari adalah manajer sudah melakukan pendekatan. Sir Alex Ferguson lantas mendatangkannya," lanjut Neville.
“Cristiano masih sangat mentah ketika ia pertama kali datang ke klub; dia masih dalam masa tumbuh kembang dan seperti kebanyakan pemain muda, dia butuh waktu untuk mengembangkan diri.
“Dibutuhkan beberapa tahun untuk membuat tubuhnya kekar dan dia butuh waktu untuk membuat pengambilan keputusannya tepat, namun Anda tentu mengharapkan hal itu dari seorang pemain muda. Dan selama dua setengah tahun, dia menjadi pemain luar biasa, berkembang secara fisik dan mental.
“Bagi saya, rasanya dia lebih dewasa dan menjadi seorang pria setelah Piala Dunia 2006. Setelah turnamen itu dia menjadi pemain yang benar-benar berbeda. Tiba-tiba saja setelah itu dia tahu kapan harus mengumpan, di mana harus memberi umpan dan tahu kapan dan di mana harus berlari. Itu seperti terjadi secara bersamaan.
“Waktu itu pula dia dikritik habis-habisan oleh fans di negara ini setelah kedipan terkenalnya pada Wayne Rooney, namun saya takkan mengkritiknya untuk itu. Selama itu legal dan Anda beraksi sesuai aturan, maka seorang pemain harus bisa mengambil semua keuntungan yang tersedia demi menang.
“Saya selalu bilang bahwa Paul Scholes, Ryan Giggs dan Roy Keane adalah tiga pemain hebat yang pernah bermain bersama saya selama bertahun-tahun, namun selama tiga tahun dari 2006 sampai 2009, Ronaldo membuat standar yang hanya bisa Anda impikan.
“Itu adalah periode yang magis ketika ia berduet dengan Rooney dan Carlos Tevez; saya tidak pernah melihat yang seperti itu. Sungguh luar biasa untuk melihatnya dan itu masih dikenang.
“Setelah meninggalkan United, dia lantas menjadi pemain terbaik di dunia – dan saya rasa itu telah terbukti dengan kemenangannya dalam Ballon d’Or.
“Ada argumen selama bertahun-tahun mengenai siapa pemain terbaik – Ronaldo atau Lionel Messi – dan dalam pandangan saya, kita semua beruntung karena memiliki keduanya. Saya selalu menjagokan Cristiano karena saya pernah bermain bersamanya, namun untuk mengatakan itu terasa tidak adil karena keduanya adalah pemain sensasional.
“Akan tetapi saya takkan pernah melupakan laga melawan Sporting Lisbon itu dan percakapan para pemain ketika mereka pulang kembali ke Manchester. Sheasy sungguh malang karena ia dijadikan bahan ledekan lantaran sempat kehabisan napas. Namun sejujurnya, saya bersimpati untuknya. Jika saya yang bermain malam itu, dia [Ronaldo] akan melakukan hal yang sama kepada saya.”
Sumber Goal.com