INDOSPORTS

Informasi Bola Dunia

Demi mewujudkan kado perpisahan terindah bagi sang ikon, Roma dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tak mudah.

"Bagi kami, penduduk Roma kebanyakan, ada ikatan yang kuat dengan kota dan jersey ini. Tapi saya bukan ikon. Saya hanya warga Roma biasa yang selamanya mencintai kota ini.”
Francesco Totti sah-sah saja menolak dirinya sebagai ikon kota Roma. Totti memang hanya secuil dari sejarah besar milik Kota Abadi itu. Namun jika penyerang 39 tahun itu dikaitkan dengan klub sepakbola kebanggaan ibu kota Italia, AS Roma, maka keduanya adalah satu jiwa yang tak terpisahkan.
Miralem Pjanic, eks rekan setimnya yang telah hijrah ke Juventus, mengatakan bahwa Totti sudah seperti sosok Tuhan di Roma. Sejak debutnya pada 1993, Totti sudah mencatatkan 304 gol dan 758 laga bersama Romamenjadikannya sebagai topskor dan pemegang penampilan terbanyak sepanjang masa klub. Ya, Totti sudah menjadi perlambang dari kebesaran I Lupi

Dan ketika musim 2016/17 dipastikan akan menjadi musim terakhir Totti bersama Roma, maka kita akan terkejut dengan fakta bahwa Totti akan menjalani musim ke-25-nya di Olimpico. Dalam sebuah era ketika pesepakbola menjadi hamba uang -- begitu sindiran yang kerap diributkan Totti -- sangat jarang ditemui sosok one-club man yang memiliki komitmen dan taraf legenda layaknya Er Purpone.
Oleh karena itu, pelatih Luciano Spalletti dan pasukannya dipastikan akan dibayangi dengan pensiunnya Totti dalam menjalani giornata demi giornata di Serie A Italia 2016/17. Jika diambil dari sisi positifnya, para gladiator Roma diharapkan bisa mempersembahkan upeti terakhir berupa Scudetto untuk Totti, sang raja yang akan turun takhtaSanggup?

Setelah menghindarkan Roma dari kejatuhan di paruh kedua musim 2015/16, Spalletti berkesempatan membangun ulang skuatnya sesuai keinginannya di musim panas ini. Pemain pinjaman yang musim lalu tampil gemilang -- Mohamed Salah, Stephan El Shaarawy, Antonio Rudiger -- langsung dipermanenkan. Butuh €37 juta untuk mengikat ketiga pemain pilar itu.
Roma juga merekrut kiper internasional Brasil, Alisson, untuk menghadirkan kompetisi bagi Wojciech Szczesny, yang dipinjam lagi dari Arsenal. Spalletti juga melakukan penguatan besar-besaran di sektor belakang dengan menggaet Juan Jesus, Thomas Vermaelen, Federico Fazio, Mario Rui, dan Bruno Peres – semuanya didatangkan dengan status pinjaman.
Miralem Pjanic menjadi kehilangan terbesar di musim panas ini di mana sang gelandang dilego ke klub rival Juventus dengan dana €32 juta. Satu hal lain yang disayangkan adalah kegagalan Roma mempermanenkan bek kiri Lucas Digne, yang kini telah hijrah ke Barcelona. Roma juga melepas Adem Ljajic, Antonio Sanabria, Seydou Doumbia, dan Iago Falque akibat surplus di lini depan. Dua pemain senior, Seydou Keita dan Maicon, juga dibuang setelah kontraknya habis.

Rudi Garcia mewariskan permainan menyerang atraktif yang hampir berbuah Scudetto pada musim 2013/14 dan 2014/15. Sayang, minimnya alternatif taktik, inkonsistensi hasil, dan keperkasaan Juventus membuat Giallorossi harus gigit jari. Roma era Garcia mencapai titik jenuh pada awal tahun 2016 sebelum Spalletti datang untuk membuat Tim Serigala kembali melolong dan finis di peringkat ketiga.


Bukan cuma di musim lalu Spalletti menjadi dewa penolong. Sebelumnya, pelatih berkepala plontos ini pernah mengubah peruntungan Roma dalam periode pertamanya di Olimpico pada 2005 hingga 2009. Kala itu, Spalletti tiga kali mengantar Roma finis runner-up Serie A, merebut dua Coppa Italia, satu Piala Super Italia, serta menorehkan rekor klub lewat 11 kemenangan beruntun di musim pamungkasnya. Dengan demikian, Roma telah mencontreng checklist soal pelatih yang tepat.
Memiliki materi pemain yang relatif sama dengan musim lalu plus tambahan beberapa penggawa baru, praktis Spalletti memiliki skuat yang bisa disandingkan dengan tim-tim papan atas seperti Juventus dan Napoli. Artinya, finis tiga besar atau zona Liga Champions menjadi target minimal.
Lini serang menjadi kekuatan utama Roma. Ini terbukti dengan torehan 83 gol di Serie A 2015/16 yang menjadikan mereka sebagai tim paling produktif musim lalu. Deretan penyerang seperti Dzeko, El Shaarawy, Salah, Totti, Diego Perotti, Juan Iturbe, hingga youngster Umar Sadiq bakal menjamin terciptanya banyak gol di musim depan.


Namun, suplai bola ke lini depan dipastikan tidak akan sama seperti musim lalu seiring kepergian Pjanic. Beruntung, Kevin Strootman sudah pulih dari cedera panjang dan akan memberikan dimensi baru bagi lini tengah Roma yang dalam beberapa musim terakhir ini terlalu bergantung pada kerja keras Radja Nainggolan, kengototan Daniele De Rossi, dan kreativitas Pjanic.
Dengan demikian, sektor belakang yang menjadi fokus perbaikan Spalletti, terutama setelah musim lalu mereka banyak kebobolan gol-gol yang seharusnya bisa dicegah. Tak heran, lima bek baru diboyong di musim panas ini. Spalletti diperkirakan akan mengotak-atik susunan bek dalam beberapa bulan ke depan sebelum menentukan back four terkuatnya.

Seiring periode kedua Spalletti bergulir pada awal 2016, Roma melakukan aktivitas transfer yang cukup sibuk. Meski begitu, Roma tetap mempertahankan skema menyerang mereka. Perubahan paling kentara yang dilakukan Spalletti adalah kemauannya untuk menghadirkan fleksibilitas taktik yang tidak ditemukan di era Garcia.
Tercatat, pelatih berusia 57 tahun itu menggunakan setidaknya lima formasi berbeda sejak ditunjuk pada Januari lalu, dengan 4-3-3 dan 4-3-1-2 sebagai favoritnya. Dalam partai kompetitif pertama musim ini melawan Porto di play-off Liga Champions pada Rabu (17/8) kemarin, Spalletti memberikan bocoran taktik yang akan digunakan di musim ini, yakni 4-3-3.
Dzeko akan diplot sebagai ujung tombak, menyusul performa suburnya di pramusim. Persaingan ketat akan terjadi di sektor sayap di mana El Shaarawy, Salah, Perotti, dan Iturbe bakal bersaing. Kepergian Pjanic menyisakan lubang di lini tengah, namun Strootman siap menambalnya. Tinggal bagaimana Spalletti meracik lini belakang yang terlihat belum solid.

Tiga musim terakhir finis di zona Liga Champions jelas bukan prestasi yang mengecewakan. Namun di satu sisi, ada kerinduan besar bagi Roma untuk merayakan Scudetto pertama sejak 2001, mumpung mereka memiliki skuat yang layak untuk menjadi Campione d'Italia.  
Pramusim Roma terbilang menjanjikan di mana mereka mampu menyapu bersih lima partai uji coba, meski kebanyakan bertanding melawan tim-tim semenjana. Hasil imbang 1-1 melawan Porto di leg pertama play-off Liga Champions, Rabu (17/8) kemarin, menjadi pertanda bahwa Spalletti dan pasukannya masih punya pekerjaan rumah yang harus dituntaskan sebelum kick-off Serie A 2016/17.
Musim terakhir Totti bersama Roma dipastikan akan menghadirkan sisi emosional yang bukan mustahil bisa menyuntikkan tenaga tambahan bagi Alessandro Florenzi cs. untuk menggapai mimpi Scudetto keempat sekaligus menghadirkan sayonara terindah untuk sang kapten.
Jika situasi bermain tanpa Pjanic bisa teratasi dan Spalletti mampu menemukan formula tepat di lini belakang, Roma punya kesempatan untuk mengakhiri perannya sebagai antagonis Juventus di musim ini.
Share this article :
+
Previous
Next Post »
 
Copyright © 2014 INDOSPORTS - All Rights Reserved - DMCA
Powered By Menanglah